Kisah Inspiratif : Berhenti Berkarir Demi Mengabdi Pada Suami

Study Case 120 Juta Lebih Dari Affiliate Lokal 250x250
Credit Image : lintas.me
Berhenti bekerja di saat orang lain begitu sulit mencari pekerjaan pada jaman sekarang. Berhenti bekerja dimana keluarga besar kita adalah para pekerja keras dan wanita karir. Berhenti bekerja padahal lulusan sarjana dengan IPK tinggi. Berhenti bekerja di saat gaji sudah melambung naik dan sesuai dengan harapan kita. Dan yang terakhir adalah berhenti bekerja di saat hasrat dan ambisi menjadi wanita karir begitu dahsyat. Itulah keputusan yang kubuat saat akan menjadi seorang istri dari suamiku yang sekarang. Sebelum menikah kami menjalin hubungan kurang lebih selama dua tahun dan dengan status LDR (Long Distance Relationship) atau pacaran jarak jauh karena saya harus bekerja di luar kota sementara suami saya bekerja di kota tempat ia tinggal.

Awalnya saya menikmati saat-saat berjauhan seperti ini. Tidak sering bertemu dan benar-benar berkesan apabila saya atau suami saya bertemu di hari libur, Sabtu dan Minggu. Quality time kami benar-benar berkualitas. Adanya rasa rindu karena tidak bisa selalu bersama membuat saya dan suami saya benar-benar menghargai momen kebersamaan yang hanya dua hari itu. Hingga suatu hari suami saya bekerja keras mengumpulkan uang agar bisa membeli rumah sendiri dan kami bisa tinggal sendiri. Alhamdulillah satu tahun pacaran suami saya bisa membeli sebuah rumah di kawasan perumahan di kota asal kami.

Dengan hasil kerja kerasnya yang sudah terlihat, suami saya memberanikan diri untuk meminang saya, namun satu hal yang saya takutkan waktu itu adalah jika saya menikah, maka saya harus pindah dan terpaksa berhenti bekerja. Padahal saat itu saya masih memiliki tanggungan berupa hutang di suatu bank. Akhirnya tahun pertama pinangan itu saya tolak, hingga akhirnya tahun kedua suami saya kembali melamar saya. Saya kembali berpikir bagaimana jadinya kalau saya keluar dari pekerjaan saya padahal gajinya sudah terbilang lebih dari cukup untuk biaya hidup dan angsuran hutang saya. Bagaimana nantinya pendapat saudara-saudara saya jika saya memutuskan berhenti bekerja sementara mereka benar-benar menjunjung tinggi harkat dan martabat wanita karir.

Saya dilema dan galau. Akhirnya beberapa bulan sebelum menikah, saya minta ijin kepada suami saya untuk tetap bekerja. Suami saya tidak pernah melarang apapun yang saya lakukan. Ia selalu mendukung pekerjaan saya dan tidak pernah meminta saya untuk berhenti bekerja. Hingga tiga bulan pernikahan kami, kami masih jarak jauh. Hingga akhirnya suami saya jatuh sakit dan sama sekali tidak bisa dihubungi padahal saat itu saya masih di luar kota. Saya begitu khawatir. Ingin sekali ijin cuti mengurus suami tapi rasanya tidak enak karena pekerjaan saya belum ada yang bisa menghandle. Akhirnya saya memberanikan diri untuk cuti dan pulang ke rumah. Di rumah mertua – kami belum menempati rumah baru karena saya masih bekerja – saya melihat suami saya tergeletak tak berdaya di kamar. Badannya panas dan tubuhnya menggigil. Begitu menyadari kedatangan saya, ia memaksakan diri untuk tersenyum, bangun kemudian memeluk tubuh saya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Ya Allah, rasanya getir hati ini melihatnya. Ia bekerja sepanjang hari untuk terus menafkahi saya sementara saya tidak pernah bisa melayaninya dengan baik jika bukan di hari libur. Itu pun terkadang saya tidak pulang karena lembur. Ia membeli rumah untuk bisa kami tempati setelah menikah, namun hingga kini tidak pernah ditinggali karena ia tidak mau sendirian di rumah baru kami. Setiap hari ia harus mengurus dirinya sendiri, makan masakan orang tuanya (mertua saya) dan masih menghabiskan waktu bermain dengan teman-temannya saat saya tidak pulang. Hati ini seolah ingin berteriak dan memohon maaf atas keegoisan saya. Tanpa bisa melayaninya dengan baik pun ia masih memberikan nafkahnya pada saya. Saya merasa seperti tidak ada bedanya antara sebelum dan setelah menikah karena segala sesuatunya masih ia lakukan sendiri. Apa fungsinya istri? Apa gunanya ada istri jika ia masih mencuci dan menyetrika baju kerjanya sendiri? Apa gunanya istri jika ia masih makan masakan orang tuanya atau makan di luar?

Akhirnya dengan segala hal yang berkecamuk di hati dan pikiran saya tentang kewajiban saya sebagai istri dan hak yang tidak pernah didapat oleh suami saya, saya memutuskan untuk keluar dari pekerjaan yang selama ini saya inginkan. Saya ingin menjadi istri yang selalu ada untuk suami. Saya ingin menjadi istri yang menghargai setiap tetes jerih payah suami dan saya benar-benar ingin mengabdikan diri saya untuk suami. Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi bagi istri atau calon istri yang masih berkarir. Bahwa segala sesuatu yang dihasilkan istri dari hartanya, tidak ada apa-apanya dengan baktinya kepada suami. Insyaallah Allah akan lebih meridhoi dan memberkahi rizki yang diberikan suami untuk kita dengan ikhlas dan dengan jalan yang halal.


Sponsored Links